Marawis merupakan salah satu jenis "band tepuk" dengan perkusi sebagai
alat musik utamanya. Musik ini merupakan kolaborasi antara kesenian
Timur Tengah dan Betawi, dan memiliki unsur keagamaan yang kental. Itu
tercermin dari berbagai lirik lagu yang dibawakan yang merupakan pujian
dan kecintaan kepada Sang Pencipta.
Kesenian ini telah berusia kurang lebih 400 tahun yang semula berasal
dari kawasan Kuwait, mula2 alat ini hanya terdiri dari 2 jenis alat
permainan saja yaitu hajer dan marawis dengan ukuran yang tidak seperti
saat ini kita lihat, melainkan semacam sebuah rebana dengan berukuran
cukup besar yang kedua sisinya dilapisi oleh kulit binatang.
Namun kesenian ini tidak populer di negara kuwait sehingga sedikit
sekali orang yang memahami bahwa kesenian ini bermula/berasal dari
negara kuwait. Ketika kesenian ini mulai dikenal di negara yaman maka
kesenian ini pun diadopsi oleh negara Yaman, sehingga kesenian ini
menjadi populer, hal ini disebabkan alat musik yang ada di modifikasi
sedemikian rupa agar menjadi lebih menarik. maka diubahlah sedikit demi
sedikit alat musik yang bermula berukuran besar menjadi ukuran yang
sedang yang seperti saai ini kita lihat yaitu ukuran yang cukup besar
(seperti gendang) dan marawis yang ukurannya lebih kecil dari hajer.
Di daerah Yaman kesenian ini sering kali dimainkan pada saat perayaan
tertentu, yaitu Perayaan perkawinan, Maulid nabi saw, Khitanan, dsb....
dan lebih kesenian ini menajdi lebih sangat populer karena pernah
dimainkan untuk menyambut tamu yang berasal dari luar Yaman sebagai
kesenian penghormatan.
Kesenian ini hampir identik dengan dengan kesenian Sufi karena setiap
Syair yang dibawakan mengandung puji2an kepada Rasulullah beserta
keluarga, para Wali dan Permohonan doa kepada Allah SWT.
Marawis di Indonesia
Mengenai Sejarah masuknya kesenian Ini ke Indonesia, pertama kali
kesenian ini dibawa oleh para Ulama Hadramout (yaman) yang berdakwah ke
Indonesia dan dipentaskan pertama kali di Kota Madura, hal ini terjadi
akhir abad ke 19 M. selain di Kota madura kesenian ini juga dibawa ke
daerah Bondowoso (kawasan kecil yang terletak di ujung timur Propinsi
Jawa Timur) dan kesenian ini menjadi popluer di kota Bondowoso karena
antusias masyarakat di Bondowoso yang ingin mempelajari dan menekuni
kesenian ini. sehingga sampai saat ini Diakui oleh seluruh pemerhati
kebudayaan Hajaer marawis bahwa Kesenian Marawis Pupoler pertama kali di
Bondowoso.
Secara Umum, Alat musik ini terdiri dari: hajir (gendang besar)
berdiameter 45 Cm dengan tinggi 60-70 Cm, marawis (gendang kecil)
berdiameter 20 Cm dengan tinggi 19 Cm, dumbuk atau (jimbe) (sejenis
gendang yang berbentuk seperti dandang, memiliki diameter yang berbeda
pada kedua sisinya), serta dua potong kayu bulat berdiameter sepuluh
sentimeter. Kadang kala perkusi dilengkapi dengan Markis atau krecekdan
dan Symbal yang berdiameter kecil.
Dalam Katalog Pekan Musik Daerah, Dinas Kebudayaan DKI, 1997, terdapat
tiga jenis pukulan atau nada, yaitu zapin, sarah, dan zahefah. Pukulan
zapin mengiringi lagu-lagu gembira pada saat pentas di panggung, seperti
lagu berbalas pantun. Nada zapin adalah nada yang sering digunakan
untuk mengiringi lagu-lagu pujian kepada Nabi Muhammad SAW (shalawat).
Tempo nada zafin lebih lambat dan tidak terlalu menghentak, sehingga
banyak juga digunakan dalam mengiringi lagu-lagu Melayu.
Pukulan sarah dipakai untuk mengarak pengantin. Sedangkan zahefah
mengiringi lagu di majlis. Kedua nada itu lebih banyak digunakan untuk
irama yang menghentak dan membangkitkan semangat. Dalam marawis juga
dikenal istilah ngepang yang artinya berbalasan memukul dan ngangkat.
Selain mengiringi acara hajatan seperti sunatan dan pesta perkawinan,
marawis juga kerap dipentaskan dalam acara-acara seni-budaya Islam.
Jumlah Pemain
Musik ini dimainkan oleh minimal sepuluh orang. Setiap orang memainkan
satu buah alat sambil bernyanyi. Terkadang, untuk membangkitkan
semangat, beberapa orang dari kelompok tersebut bergerak sesuai dengan
irama lagu. Semua pemainnya pria, dengan busana gamis dan celana
panjang, serta berpeci. Uniknya, pemain marawis bersifat turun temurun.
Sebagian besar masih dalam hubungan darah - kakek, cucu, dan keponakan.
Sekarang hampir di setiap wilayah terdapat marawis.
Agen Judi Bola
BalasHapusAgen Judi Online
Agen Judi
Agen Bola
Agen Sbobet
Agen Bola Ibcbet
Agen Casino Online
Agen Terpercaya
Agen Judi Terpercaya
Agen Judi Terbaik